Cerpen: Evil Illusions Where Knowledge Awaits
Mendung dan ramai, itulah dua kata yang dapat mendeskripsikan sore hari di perkotaan. Alice berlari secepatnya dari supermarket menuju stasiun kereta api mengejar kereta yang sebentar lagi berangkat. Ia masuk ke dalam kereta tepat waktu. “Huh.. hampir saja.” Hujan turun tepat setelah kereta berjalan.
Petugas kereta pengecek tiket berkeliling. “Nona, bisakah kau menunjukan tiket mu?” pertanyaan itu tertuju pada Alice. Segera ia mengeluarkan tiket miliknya. “Apa-apaan?!”, tegas petugas itu, “Tiket ini tiket keberangkatan tahun 2050, kau sengaja membuat tiket ini?!” Alice terkejut. “Tidak, aku tidak membuatnya, aku membelinya dari situs resmi. Lihat ini adalah bukti bahwa Aku telah membelinya lewat situs resmi.” kata Alice sembari menunjukan bukti pembayaran digital di ponselnya. “Benar..” si petugas pun kebingungan.
Bagaimana bisa seorang gadis membeli tiket kereta dari situs resmi di tahun yang bukan sebenarnya. “Kau tahu kan, ini tahun 2045?” tanya petugas itu meyakinkan seorang gadis di depannya. “Tidak mungkin! Ini tahun 2050.” Alice bingung dan tidak percaya. “Ada ribut-ribut apa ini?” petugas lainnya datang. “Gadis ini mencoba membuat tiket palsu dan memberikannya kepadaku.” “Kita turunkan saja dia di stasiun berikutnya.” Benar saja, pada stasiun berikutnya, Alice dipaksa keluar dari kereta. Bingung dan kesal, Alice tak tahu harus kemana, kota yang asing baginya.
Sekeliling stasiun itu hanyalah hutan dan jalanan, tidak ada bangunan atau perumahan. Setelah hujan reda, Alice yang malang berjalan mengikuti jalan yang tidak pasti arahnya. Setelah dua jam berjalan lurus, Alice melihat suatu bangunan tinggi yang terlihat tua dan kosong. Alice memutuskan masuk untuk istirahat. “Apakah gedung ini dulunya adalah sekolah?” tanya Alice kepada dirinya sendiri. Alice kembali berkeliling. “Tepat.” Alice kaget karena tiba-tiba ada suara perempuan yang sepertinya menjawab pertanyaannya di awal. “Halo, aku Flo. Selamat datang di sekolah Byron Silas.” Seketika gedung tua itu berubah menjadi sekolah modern penuh dengan murid dan gurunya. “Byron Silas adalah sekolah pelatihan bagi para remaja terpilih. Orang biasa tidak akan bisa melihat gedung tua yang kau lihat sebelumnya, apalagi memasukinya.” Flo menjelaskan.
Alice diajak berkeliling oleh Flo, remaja perempuan bernama lengkap Wolf’lo Diaz sebagai salah satu murid di sana. “Hmm.. Flo, sebenarnya apa yang diajarkan di Byron Silas, dan apa maksudnya remaja terpilih, sedangkan aku hanyalah remaja yatim piatu, dihina, hidup dalam pelarian dan sialnya hari ini aku dikeluarkan dari kereta karena dituduh membuat tiket palsu karena tahun 2050 tertera pada tiket itu, bukankah benar ini tahun 2050?” keluh Alice. “Tidak, ini tahun 2045, murid-murid di sini juga remaja yang berasal dari masa depan. Kami juga baru saja tiba tadi pagi. Kita semua dengan tidak disadari telah dibawa ke masa lalu untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi di masa depan. Disini kami dilatih untuk nantinya akan menjalankan misi yang sangat berbahaya. Dunia kita dalam bahaya tanpa kita sadari. Aku sendiri juga tak tahu bagaimana aku bisa samapi di sini.” Jelas Flo. “Maksud mu aku akan menyelesaikan misi berbahaya? Dan sebenarnya apa bahaya yang terjadi di tahun 2050? Aku sungguh tidak menyadari ada tanda bahaya.” Alice sungguh punya banyak pertanyaan. “Ya, kau,” jawab seorang remaja laki-laki bernama Dan yang merupakan sahabat Wolf’lo kelas A, “Dan, misi yang kita lakukan belum jelas karena bahaya yang sebenarnya belum terjadi. Oh ya, di sini terdapat beberapa kelas, kau dapat melakukan tes untuk melihat kecocokanmu di sini. Kau tak bisa keluar dari sekolah ini sebelum melakukan misi sebenarnya. Tenang saja, di sini hidupmu telah terfasilitasi.” Setelah melakukan tour singkat di Byron Silas, Alice diantar Flo dan Dan menuju asrama, Alice mendapat kamarnya. Alice duduk dan beristirahat, masih banyak pertanyaan di kepalanya. Ia begitu bingung akan di mana dirinya sekarang, dengan siapa dirinya sekarang, banyak pula ketakutan yang menghantui dirinya.
…..
New York, 2050
“Kau tak seharusnya kehilangan dia, Olivia! Dia adalah anakku satu-satunya.” Kata seorang pria kepada bawahannya. “Aku tak tahu apapun, maafkan aku, aku merasa telah mengawasinya, aku benar benar tidak tahu ia telah hilang 3 hari yang lalu.” Jawab bawahannya “Lakukan sesuatu Olivia! Hubungi semua yang kau tahu untuk mencari jejaknya!” Tiba-tiba suatu ponsel berdering. Laki-laki itu mengangkat telepon itu. “Anakmu berada di suatu tempat aman jauh darimu. Ia akan belajar banyak hal di masa yang bermekaran.” Telpon dimatikan. “Siapa itu, Ben?” tanya Olivia. “Aku tidak tahu, apa maksudnya ini, anakku jauh dariku? Ia akan belajar di masa yang bermekaran? Apa maksud dari semua itu?” Ben kebingungan. “Ben! Aku menemukan rekaman CCTV dari pihak taman kota, berisi jejak anakmu sebelum hilang.” Seru Olivia. “Aku ingin melihatnya!” segera Olivia memutar rekaman CCTV taman kota di komputernya. Rekaman itu berisikan seorang gadis sedang mendirikan sepeda yang tergeletak namun tiba-tiba ia terjatuh dan pingsan. Tak lama gadis itu menghilang. “Apa?! Bagaimana bisa, apakah ini hanya potongan rekamannya?” Ben panik. “Ben aku tahu sesuatu, yang kau telepon tadi bilang kalau anakmu jauh dari kita dan akan belajar di masa yang bermekaran bukan? Masa yang bermekaran kemungkinan berada di saat musim bunga mekar selama 7 bulan lamanya, lalu ia akan belajar, berarti kemungkinan ia berada di suatu sekolah, dan itu jauh dari kita. Itu berarti kemungkinan anakmu berada di Byron Silas yang sedang di masa jayanya pada 5 tahun lalu.” Jelas Olivia. “Olivia, kau memang jenius. Tapi bagaimana bisa ia kembali ke masa lalu?”
……
Alice datang ke kelas pertamanya di kelas B. “Nah anak-anak sekarang waktunya kita untuk belajar meretas perangkat. Kita akan belajar untuk meretas perangkat lawan yang jahat demi kebaikan.” Kata guru. Guru pun mulai menjelaskan cara-cara meretas perangkat. Namun murid-murid di kelas sama sekali tidak paham karena terlalu sulit. Namun, Alice dengan segala kecerdasannya, mencobanya langsung untuk meretas perangkat uji coba dan berhasil. “Wow, saya sangat kagum, bagaimana bisa kau melakukannya dengan sangat cepat? Bahkan saya dulu butuh waktu berminggu-minggu untuk mencobanya dan berhasil.” Puji sang guru kepada Alice. Semua memberi apresiasi kepada Alice. “Kerja bagus Alice!” Apresiasi Flo. Alice mengajarkan kepada teman-temannya cara meretas dengan baik.
“Aku penasaran apa menu hari ini.” Dan baru saja keluar dari kelasnya menghampiri Flo dan Alice di meja kantin pada jam istirahat. “Hai kawan, aku dan Dan baru saja menghadapi tes dadakan, sangat menyeramkan, untung saja aku dapat nilai yang lumayan. Oh ya ini siapa?” Teman Dan, Fian dari kelas A, menghampiri mereka di meja makan kantin. “Ini Alice, Alice, ini Fian.” Kata Dan memperkenalkan keduanya. “Hai Fian!” sapa Alice. “Hei, apakah kalian tahu beritanya? Bella dan Vivian baru saja berkelahi di kelas!” Flo memulai berita hangat hari ini. “Aku tahu! Vivian tak sengaja menumpahkan kopi di baju Bella, dan Bella mulai menarik rambutnya. Sungguh seru jika menontonnya langsung.” Dan menambahkan. “Omong-omong mereka siapa?” tanya Alice. “Mereka berdua adalah dua murid yang sangat kaya dan sombong.” Fian memberitahu. “Mereka juga dikenal perundung di sini.” Tambah Flo. “Aku kira takkan ada murid seperti mereka disekolah ini. Ini sama seperti sekolah pada umumnya. Aku mungkin akan terbiasa di sini” Balas Alice. “Jangan ragu Alice, setelah kita menyelesaikan misi ‘itu’ kita akan dikembalikan di keadaan semula.” Kata Dan.
Setelah melakukan pembelajaran hari ini. Alice dan teman-temannya kembali ke kamar asramanya masing-masing. Alice dan Flo akan segera tidur, sementara Dan dan Fian akan belajar merakit senjata yang akan di tes oleh guru mereka di keesokan harinya. Tok.. tok.. tok… Dan membuka pintu, terlihat muka Fian dan senjatanya. “Dan, aku benar-benar membutuhkan bantuanmu.” Fian kesulitan untuk merakit Fe3o4 miliknya. Fe3o4 adalah sebuah pistol besar yang diberikan Byron Silas kepada muridnya. “Masuklah Fi, aku akan membantumu.” Setelah berhasil merakit Fe3o4, Fian bersorak senang. “Aku lapar, apa ada makanan di tempat mu?” tanya Fian. “Aku tidak punya persediaan makanan, atau kita lihat fending machine di kantin?” ajak Dan. “Ayo! Aku sungguh kelaparan.” Mereka keluar dari kamar Dan dan menuju kantin. Mereka menuju fending machine untuk mencari camilan. Tiba-tiba, lampu kantin padam, dan tanpa disadari ada makhluk di belakang mereka. Makhluk itu menarik mereka ke kegelapan.
“Alice! Cepat buka pintunya!” Pagi yang cerah, dengan suara burung yang indah. Keindahan suara burung itu rusak karena suara kegaduhan. Flo mulai mengetok pinta kamar Alice dengan keras karena panik. “Ada apa Flo, ini masih jam 6 pagi, kau seharusnya masih bisa santai.” Alice baru terbangun dari tidur pulasnya. “Alice! Dan dan Fian hilang! Pintu kamar Dan terbuka lebar dan aku tak bisa menghubungi Fian.” Seru Flo. “Mungkin mereka sedang lari pagi atau semacamnya.” Kata Alice. “Aku sudah mencari mereka kemana pun, tapi nihil.
Ayo bangun Alice, bantu aku!” Alice menyadari bahwa perkataan temannya mungkin serius. Mereka memutuskan untuk melaporkannya kepada guru dan berusaha mencari Dan dan Fian. Salah satu guru menghampiri mereka dan menanyakan apa yang telah terjadi. “Pak teman kami tidak berada di kamarnya dan kami tak bisa menghubungi mereka.” Jelas Flo. “Kalian tenang dulu, akan Ibu segera bantu.” Flo dan Alice akhirnya memutuskan untuk mencari teman-temannya. Tak lama setelah Alice dan Flo memutuskan meninggalkan kamar Dan, seorang murid berseru dari ujung lorong, “Teman-teman! Tolong! Tiga temanku hilang pagi ini!” ternyata itu adalah Bella. Bella kehilangan temannya, Vivian, Samantha, dan Liz. Akhirnya Flo, Alice, Bella dan beberapa guru dan teman lainnya berkumpul di salah satu meja kantin. “Aku sedang bermusuhan dengan Vivian, namun aku merasa menyesal dan memutuskan ingin menghampirinya pagi ini, namun yang aku lihat hanyalah kamar Bella yang berantakan, ponselnya yang retak, dan sedikit bercak darah di kasurnya. Aku benar-benar sedih sekarang.” Jelas Bella. “Apa yang kau temukan di kamar Liz dan Sam?” tanya salah satu guru. “Hal yang sama seperti di kamar Vivian.” Kata Bella. “Tenang saja Bella, Flo dan Alice, kami akan segera melakukan pencarian secepat mungkin.” Terang sang guru. Mereka akhirnya Kembali ke kamar masing masing untuk bersiap belajar. Ketiga gadis itu bersiap dengan perasaan tidak tenang.
…..
“Aku tak tahu markas ini masih benar benar aktif.” Kata Ben. Ben dan Olivia menuju markas organisasi rahasia milik Istri Ben, Violet. Tujuan organisasi itu untuk melindungi dunia dari segala macam permasalahan dan perselisihan. Namun karena kepergian Violet, susunan organisasi menjadi sangat berantakan, terjadi perpecahan di dalamnya, membuat kubu yang berpihak pada organisasi dan sebaliknya. Namun organisasi W.N.P. diputuskan untuk dibubarkan semenjak konflik itu namun anggota yang berpihak pada organisasi akan selalu terhubung meski berjauhan. Ben yang sebelumnya menghubungi beberapa rekan istrinya, menghampiri mereka. “Aku benar-benar butuh bantuan untuk mencari anakku yang hilang. Yang ia ketahui bahwa aku telah meninggal bersama ibunya, namun memalsukan kematianku seperti yang diperintahkan istriku sebelum ia pergi. Jadi aku mengawasi anakku dari tempat yang berbeda, namun pada 3 hari yang lalu, Olivia mendapati anakku tidak pulang ke apartemennya untuk waktu yang lama. Kami masih berpikir positif. Namun sampai pagi ini ia belum terlihat.” Kata Ben kepada George, Julian dan Evan. “Katamu terakhir anakmu hilang ada di supermarket, dan rekaman CCTV-nya seperti dipotong?” tanya Julian. “Aku telah lihat rekamannya. Aku tahu tepat yang terjadi. Kejadian beberapa anak hilang secara misterius di kota kita juga terbilang sering terjadi. Menurutku ini adalah ulah WWW.” Evan mengutarakan pendapatnya. “Apa itu WWW?” tanya Olivia. “WWW adalah singkatan dari ‘World Wants War’ yang berisikan anggota kontra dari organisasi ‘World Needs Peace’ milik istrimu.
Seperti yang aku tahu, WWW ingin membasmi remaja-remaja berpontensi melindungi dunia. Mereka akan membuat kekacauan di masa yang bermekaran atau tahun 2045 yang akan merusak kehidupan kita di masa kini.” Jelas George. “Anakmu mungkin berasa di Byron Silas, namun W.W.W. datang pula ke Byron Silas untuk membasmi murid di sana. Menurut buku ‘Sebuah Sejarah tak Lengkap’ halaman 245 karya salah satu anggota W.N.P., tertulis ‘Ketika perpecahan terjadi, anak-anak akan hilang, sekolah akan kembali dipakai, dan semua kekacauan yang telah diramal akan terjadi, terjadi di masa lampau, akan merusak sistem kehidupan di segala semesta.” Itu yang dikatakan buku ini, menurutku ini berhubungan dengan hilangnya anakmu, atau berhubungan dengan berita anak hilang di kota ini.” Tambah Julian. “Jadi maksudmu kekacauan itu sudah diramal? Dan Byron Silas tidak Cuma satu?” tanya Ben. “Berdasarkan buku ini Byron Silas hanya ada 4 di dunia. Sekolah ini dulunya sebagai sekolah gratis bagi anak-anak yang kurang mampu, ide ini disumbangkan oleh Violet dan salah satunya sekolahnya dikendalikan langsung oleh Violet.” Kata Evan. Setelah mengetahui kebenaran, Ben dan Olivia akan menolong anak Ben sebelum kekacauan terjadi yang akan memakan banyak korban, di masa lampau atau masa kini. “Walaupun kau tak tahu ayah di sini masih hidup, namun ayah akan selalu melindungimu walau sudah tidak lagi di dunia ini, Wolf’lo.” Ben adalah ayah Flo, dan Violet adalah ibu Flo. Seperti yang diketahui Ben sekarang tinggal di tahun 2050 dan anaknya telah dibawa ke masa lalu dan bersekolah di sana. Ben berjanji akan menjaganya dan tak akan kehilangan untuk yang kedua kalinya.
…..
Setelah seharian melakukan pencarian kelima temannya, Alice memutuskan untuk istirahat diikuti Flo. “Flo, aku ingin bertanya, setelah aku pergi ke kamarmu, aku melihat foto ibumu, dan dia seperti wajah Perempuan yang sering muncul di artikel, apakah ibumu terkenal?” Alice mengisi kekosongan ditengah istirahat mereka. Seingatku dia pendiri sekolah gratis bagi anak kurang mampu, beritanya menyebar luas hingga ketika ibuku meninggal. Semua orang berduka karena atas jasanya. Namanya Violet.” Jawab Flo. “Itu dia! Violet Diaz. Ia sangat berjasa. Omong omong mengapa ibumu bisa meninggal?” tanya Alice. “Pembunuhan berencana, ia pergi bersama ayahku dua tahun lalu.” Jawab Flo. “Aku sungguh minta maaf Flo dan turut berduka.” Alice meminta maaf. “Tak apa, kalau orang tuamu bagaimana?” Flo menanyakan pertanyaan yang sama. “Orang tua ku sudah meninggal semenjak aku masih kecil, aku dibesarkan oleh nenekku. Kau ingat saat ku bilang aku diturunkan dari kereta? Itu perjalanan ku menuju rumah nenek ku karena aku dapat kabar bahwa ia telah meninggal dunia. Aku benar benar ingin keluar dari sini sekarang.” Jelas Alice. Tak lama setelah mengobrol, Bella menghampiri mereka. “Kata para guru, rekaman CCTV sepertinya telah diretas. Kita tidak bisa menemukan jejak teman kita.” Kata Bella. “Alice mungkin bisa memperbaikinya.” Bella menyarankan Alice kepada guru untuk memperbaiki system CCTV yang rusak. Setelah beberapa kali mencoba, CCTV berhasil dipulihkan.
Rekaman CCTV menunjukan bahwa Dan dan Fian keluar kamar pada tengah malam dan pergi ke kantin. Mereka pergi ke fending machine dan tiba-tiba makhluk menyeramkan datang dari arah belakang mereka dan menangkap mereka. “Kemana mereka dibawa? Coba tayangkan rekaman di ruangan lain!” seru Alice. Tertangkap mereka dibawa ke belakang sekolah dan dibawa masuk ke ruang bawah tanah. Sementara Vivian, Samantha, dan Liz tertangkap CCTV dibawa oleh makhluk yang sama dari kamar mereka ke gudang sekolah. Alice dan yang lainnya segera berpencar dan segera mencari teman mereka. Sesampainya Alice, Flo, dan beberapa guru di ruang bawah tanah belakang sekolah, mereka langsung mencari teman mereka. “Dan! Fian!” Flo berteriak kaget karena melihat kedua temannya telah pingsan, diikat tangannya serta ditutup mulutnya. Segera mereka membawa Dan dan Fian keluar. Dan dan Fian segera dibawa ke UKS. Sementara itu di saat yang bersamaan, Bella dan beberapa guru mendapatkan ketiga teman Bella pingsan dalam kondisi yang sama seperti Dan dan Fian. Setelah selesai melakukan pencarian yang memakan waktu, semua kembali belajar dengan tenang. Alice dan Flo akan ada kelas fisik. Kelas B akan mengadakan latihan fisik di lapangan. Flo mulai latihan berlari bersama kelompoknya, dan Alice mulai latihan tinju bersama kelompoknya. Keadaan mulai kembali normal setelah keriuhan yang terjadi.
Malamnya, Alice, Bella, dan Flo memutuskan untuk menjenguk teman-temannya yang sedang dirawat di UKS. Mereka masuk ke ruang UKS. “Halo teman-teman, ada apa kalian kemari?” tanya Dan. “Kami ingin menjenguk kalian, dan juga penasaran, bagaimana kalian bisa hilang.” Kata Flo. Mereka lalu duduk di sekitar kasur teman-temannya. “Kalau diingat kejadian malam itu sangat mengerikan.” Kata Fian. “Lalu bagaimana kronologinya?” tanya Bella. “Aku dan Fian sedang belajar merakit Fe3o4 seperti yang ditugaskan pak guru kemarin. Lalu kami lapar dan memutuskan keluar dan membeli makanan di kantin. Setibanya di sana, kami dikejutkan dengan sosok hitam yang menyeret kami dari belakang secara tiba tiba.” Kata Dan. “Kami dibawa ke ruang bawah tanah, disekap di sana. Lalu makhluk itu berkata, ‘Kalian dan seisi sekolah ini akan habis di tanganku.’ Kemudian kami dibuat tak sadar olehnya.” Lanjut Fian. “Kalau aku, sedang bermain di kamar ku, namun tiba-tiba makhluk hitam itu masuk ke kemarku dan menyeretku. Aku melihat Liz dan Sam sudah pingsan dibawa oleh makhluk itu. Kepala ku sempat terbentur meja lalu berdarah. Lalu aku tak sadar lagi.” Lanjut Vivian. “Kejadian ku dan Liz sepertinya juga sama sepertimu Vivi.” Kata Samantha. “Apakah ini yang disebut bahaya di masa depan? Mengapa terjadi di tempat ini?” Kata Alice. “Aku juga memikirkan hal yang sama, apakah semua ini tipuan?” jawab Flo. Mungkin, hanya untuk sekarang, bahaya telah tenggelam, begitupun matahari pada hari ini. Semua orang tidak suka dengan kekhawatiran dan ketakutan yang menghantui. Kita semua ingin rasa aman dan tenang, walaupun hanya sementara.
…..
“Mesin waktu ini dibuat lama dan dipakai hanya sekali semenjak pembuatannya. Mesin ini telah rusak, dan harus diperbaiki terlebih dahulu, mungkin akan memakan waktu dua hari untuk memperbaikinya.” Kata George. “Apakah tak bisa lebih cepat lagi?” tanya Ben. “Tim perbaikan akan melakukan secepatnya. Untuk itu aku ingin mengajakmu makan di restoran terkenal dekat sini. Kalian mau?” ajak Julian. “Untuk meredakan kekhawatiran ku, aku terima ajakanmu.” Ben mengiyakan.
Dua hari kemudian, di tahun 2050. Ben, Olivia, Evan, Julian dan George akan memulai perjalanan waktu siang ini. Mereka mempersiapkan persenjataan, bekal, dan barang lainnya. “Ingat perjalanan waktu ini akan membuat kita mual, pusing ataupun sesak napas. Setibanya kita di sana, sesegera mungkin kita mengevakuasi anak-anak, yang kemungkinan jumlahnya banyak. Kita tidak tahu bahaya apa yang terjadi di sana.” Jelas George. “Kita tak memiliki waktu banyak, karena mesin ini hanya bertahan 15 menit. Jadi kita harus bergerak cepat.” Tambah Julian. Mereka mulai menyalakan mesin waktu itu. Setelah semua siap, mereka langsung masuk ke bayangan ungu tua yang melingkar di sekeliling mesin waktu itu. “Aku harap ini berhasil.” Kata Ben. Satu persatu dari mereka mulai memasuki mesin waktu. “Aku sangat pusing.” Kata Olivia. Mereka semua merasakan hal yang sama selama lima menit.
…..
Dua hari kemudian, di tahun 2045. Permasalahan lima murid hilang telah selesai. Vivian dan empat lainnya telah kembali beraktivitas seperti biasanya. Flo dan Alice telah selesai kelas menembak. Kelas berikutnya adalah kelas panjat tebing. Namun guru mereka sedang sakit dan sedang beristirahat di asramanya. Maka dari itu mereka tak ada kelas lagi sampai jam kepulangan. “Bagaimana kalau kita pergi ke kantin? Aku sangat lapar, selain itu aku bosan.” Ajak Alice kepada Flo. “Ayo! Aku juga kelaparan.” Flo menerima ajakan Alice. Mereka akhirnya pergi ke kantin. Alice memesan Mac and cheese dan Flo memesan Hamburger. Makanan pun datang. “Aku sungguh bosan hanya melihat pemandangan sekolah dan asrama saja, aku ingin sekali keluar dari sekolah untuk melihat dunia lagi. Aku masih terbayang soal kabar nenekku saat ini.” Keluh Alice. “Benar, aku juga rindu dunia luar.” Flo merasakan hal yang sama. Tak lama setelah mereka membuka percakapan, suara teriakan seorang murid dari lorong kelas terdengar sangat keras. Alice dan Flo segera kembali ke lorong kelas. Berasal dari kelas C, sosok hitam seram mengejar para murid dan guru. Ya, sosok itu seperti sosok yang menangkap lima murid hilang pada dua hari yang lalu. Sesegera mungkin para murid dari kelas lain panik dan keluar dari kelas masing masing. “Oh Tuhan, apakah secepat ini?” Keluh Flo. “Ada apa ini?” tanya Dan yang baru keluar dari kelas A. Dan terkejut melihat makhluk yang sama yang membawanya menuju ruang bawah tanah. Tak berpikir panjang, Dan mengambil Fe3o4 dan menembakannya kearah makhluk itu. Flo dan Alice juga mengambil panah milik mereka dan menembakannya ke arah makhluk itu. Di arah lainnya beberapa murid lainnya juga menembakan senjata mereka masing-masing ke arah makhluk itu. “Aku telah memasang beberapa bom yang sebentar lagi akan menghancurkan tempat ini. Kalian takkan bisa lepas dari genggamanku.” Makhluk itu berbicara. Ia semakin kuat. “Alice, Butuh waktu lama untuk mencarinya satu persatu. Maka dari itu, gunakan komputer pusat yang ada di dekat kelas D untuk melacaknya.” Suruh Fian kepada Alice. “Bagaimana caranya? Aku tak bisa melacak bom.” Kata Alice. “Aku yakin kau bisa, sama caranya seperti meretas. Kau berangkat bersama Flo.” Kata Fian. Alice mengajak Flo dan langsung diam-diam menuju ruang komputer pusat berada. Sementara itu yang Dan dan Fian mengalihkan perhatian makhluk itu. “Flo sebaiknya kau menuju tempat bom berada sementara aku menunjukan titiknya. Kita harus tetap terhubung lewat telpon.” Kata Alice. “Baiklah.” Flo mengiyakan dan bergegas keluar ruangan. “Baiklah, Flo kau bisa mendengarku?” kata Alice kepada Flo lewat ponselnya. “Ya, cepatlah Alice, kondisi di luar semakin memburuk karena makhluk itu.” Kata Flo di seberang. “Baiklah, titik pertama ada di toilet perempuan di dekat wastafel.” Kata Alice. Tak lama kemudian Flo telah mengambilnya dan merusak timer-nya. “Lalu, Dimana titik selanjutnya?” kata Flo. “Titik kedua berada di lapangan dekat gawang.” Kata Alice memberi petunjuk. “Sudah, Dimana titik selanjutnya? Halo? Alice? Cepatlah! Kondisi semakin memburuk disini.” Flo terus berteriak ke Alice. Tidak ada jawaban. Tiba-tiba telpon dimatikan. Flo segera menuju ruang komputer pusat memutuskan untuk mencarinya sendiri. Setibanya di sana, ia melihat tidak ada orang di ruangan itu. Ia memutuskan untuk mencari bom yang terakhir. Komputer itu menunjukan koordinat bom yang terakhir. Flo langsung menuju gudang sekolah untuk menghentikan bomnya. Saat memasuki gudang, Flo melihat Alice dalam kondisi yang malang bersama wanita tak di kenal. Wanita itu berbalik sambil memegang bom dan menatap Flo. “Hei! Lepaskan temanku!” seru Flo.
Sementara itu di lorong sekolah, Dan dan Fian serta seluruh murid sedang berusaha melawan makhluk kuat yang ada dihadapan mereka. Tiba-tiba masuklah empat pria dan satu wanita. Ya, mereka adalah Ben, dan kawannya. “Seluruh guru dan murid keluar dari sekolah melalui pintu depan dan masuklah ke mesin waktu! Secepatnya!” seru Julian kepada seluruh penghuni sekolah. Julian dan Olivia mengarahkan semua orang untuk keluar sementara George, Evan dan Ben melawan makhluk menyeramkan. Akhirnya, karena sudah lemah, monster itu pun kalah dan mati. Semua akhirnya keluar dan memasuki mesin waktu untuk kembali ke tahun 2050. “Hei! Dimana anakku?” tanya Ben panik. Karena mereka belum menemukan Flo, akhirnya mereka mencari ke seluruh sekolah.
Sementara itu di gudang sekolah, Alice diikat tangan dan kakinya serta ditutup mulutnya oleh wanita paruh baya di sebelahnya. Flo yang datang untuk mencari bom sontak terkejut melihat kondisi temannya bersama dengan wanita yang tidak ia kenal. Wanita itu memegang bom yang Flo cari. “Lepaskan temanku, dan berikan bom itu, atau kita akan mati bersama.” Kata Flo. “Wolf’lo Diaz, tidak semudah itu nak. Lebih baik kita mati bersama daripada membiarkanmu pergi.” Kata wanita itu. “Leona, kumohon, biarkan kami keluar dan berikan bom itu.” Kata Flo. Nyatanya, Leona dan merupakan sahabat ibu Flo, dulunya. Sekarang berbeda, ketika Violet memegang kendali salah satu sekolah Byron Silas di kota Washington D.C., Leona iri, karena seharusnya Leona lah yang memegang kendali sekolah Byron Silas di Washington. Karena rasa irinya kian membara karena kesuksesan Violet, Leona melakukan pembunuhan berencana kepada Violet dan berhasil. Kini Leona dikenal sebagai pembunuh Violet. Leona pintar, polisi tidak dapat menemukanna di manapun. “Cukup ibu dan ayahku saja yang kau bunuh. Jangan temanku.” Kata Flo. “Apa? Aku tak membunuh ayahmu.” Kata-kata Leona barusan membuat Flo kebingungan. “Lupakan, Leona, aku memohon kepadamu, lepaskan temanku dan berikan bomnya. Flo memohon. Tanpa disadari, Alice berhasil memotong tali yang ada di tangan dan kakinya dengan pisau di dekatnya, Alice mulai memukul kepala Leona dengan keras. Bom yang ada di tangan Leona terjatuh, dan segera diambil oleh Flo untuk diatur timer-nya. Tak lama kemudian Ben datang untuk menolong mereka. “Ayah? Bagaimana bisa?” tanya Flo. “Kalian berdua lari ke pintu utama sekolah, dan masuklah ke mesin waktu di depan. Aku akan menyusul.” Kata Ben. Flo dan Alice segera menuju pintu utama dan memasuki mesin waktu. Sementara Ben dan Leona kembali bertemu. “Apa yang telah kau lakukan kepada seisi sekolah ini kejam, Leona. Kau telah membunuh istriku, apalagi yang kau mau? Menghancurkan Byron Silas? Tidak kah kau merasa puas atas perbuatanmu?” Tanya Ben bertubi-tubi. “Tidak Ben, aku ingin semua tentang Byron Silas habis tak bersisa. Tindakan W.N.P untuk merekrut W.N.P. junior membuatku muak. Aku tak ingin ada W.N.P. generasi kedua.” Kata Leona. Tanpa sepengetahuan Leona, ada George dibalik Ben, menembakan peluru ke perut Leona. George dan Ben berlari menuju mesin waktu dan memasukinya. Mesin waktu itu tertutup tepat waktu.
Murid dan guru Byron Silas keluar dari mesin waktu sampai dengan selamat kembali di tahun 2050. Setelah itu Ben dan lainnya menjelaskan kepada seluruh murid Byron Silas apa itu W.N.P dan W.W.W. “Kalian dikirim ke tahun 2045 karena dengan itu W.W.W. tidak akan tahu Dimana lokasi pelatihan. Namun nyatanya mereka tahu. Tapi syukurlah sekarang kalian bisa diselamatkan.” Kata Evan. “Bagaimana? Apakah kalian tetap ingin menjadi bagian dari W.N.P. dan melanjutkan masa pelatihan?” tanya George kepada seluruh murid. Semua murid setuju dan bergembira karena menjadi bagian dari W.N.P. Flo bergegas menuju ayahnya dan memeluknya. “Sekarang jelaskan kepadaku, bagaimana kau bisa masih hidup sementara aku tahu kau sudah tiada.” Kata Flo yang butuh penjelasan. “Akan kujelaskan di perjalanan pulang.” Kata Ben. “Hei Flo! Kemari!” seru Fian dari kejauhan. “Sebentar yah, aku akan berpamitan kepada mereka.” Kata Flo kepada ayahnya. “Aku senang kita sudah berada di dunia yang normal kembali. “Kita sudah melewati masa sulit dan senang bersama di Byron Silas, sampai bertemu 3 bulan lagi untuk pelatihan.” Kata Alice. Mereka berpelukan sebagai perpisahan.
3 bulan kemudian. Alice berkunjung ke makam neneknya. Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada surel masuk. Alice membuka surel itu. “Nek, sepertinya aku harus pergi. Doakan masa pelatihanku berjalan lancar ya, Nek. Selamat tinggal.” Alice menuju alamat yang tercantum pada surel itu, yang merupakan sekolah pelatihan namun bukan Byron Silas, melainkan Earl Ace yang akan menjadi sekolah pelatihan calon anggota W.N.P. Setelah sampai, Alice melihat ketiga temannya, mereka langsung berpelukan. Cerita kehidupan Alice dan ketiga temannya selesai sampai di sini. Tidak akan ada lagi kubu kontra W.N.P. kedua. Semua akan menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.
A fortunate ending, at least for this time.
Writer: Naula Alifa Z.