Pentingnya Ekspresi Emosi di Sekolah: Dampak Stres pada Siswa dan Guru

Di lingkungan sekolah, baik siswa maupun guru sering menahan atau memendam emosi akibat tekanan akademik, tugas yang menumpuk, atau tanggung jawab kerja. Menahan emosi secara terus-menerus dapat menimbulkan stres kronis yang berdampak pada kesehatan tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa stres kronis meningkatkan hormon stres (glukokortikoid), yang memengaruhi fungsi sel imun, menimbulkan peradangan, dan menurunkan kemampuan tubuh melawan penyakit, termasuk kanker (Fadillah & Hidayat, 2021). Studi pada tikus juga mengindikasikan bahwa stres kronis dapat memperbesar ukuran tumor dan mempercepat penyebaran sel kanker ke organ lain seperti paru-paru (Fadillah & Hidayat, 2021).

Secara biologis, stres kronis memengaruhi sistem imun melalui gangguan komunikasi antara sistem saraf, endokrin, dan imun, sehingga tubuh kurang mampu mendeteksi dan menghancurkan sel kanker (Fadillah & Hidayat, 2021). Memendam emosi juga melemahkan daya tahan tubuh, sehingga meningkatkan risiko berbagai penyakit. Hasil penelitian menekankan pentingnya pengelolaan emosi yang sehat, khususnya di lingkungan pendidikan, untuk mendukung kesehatan fisik dan mental siswa maupun guru (Nugroho & Santoso, 2022).

Melihat dampak negatif dari stres dan emosi yang terpendam, menjadi penting bagi sekolah dan orang tua untuk menerapkan strategi yang efektif dalam membantu siswa dan guru mengelola emosi mereka. Langkah-langkah ini tidak hanya mendukung kesejahteraan mental, tetapi juga meningkatkan kualitas pembelajaran dan hubungan sosial di sekolah (Rahmawati, 2021; Vokasi Universitas Airlangga, 2024).

Solusi di Sekolah dan Kehidupan Sehari-hari

1. Siswa SD

  • Di Sekolah: Mengajarkan teknik pernapasan, relaksasi sederhana, dan pembelajaran berbasis permainan untuk mengurangi stres, sebagaimana disarankan dalam program kesehatan mental sekolah (Nugroho & Santoso, 2022). Memberikan pujian positif untuk membangun kepercayaan diri.
  • Di Rumah: Menjaga pola tidur, asupan gizi, dan waktu bermain. Orang tua mendengarkan keluh kesah anak dan memberikan dukungan emosional secara konsisten (Vokasi Universitas Airlangga, 2024).

2. Siswa SMP

  • Di Sekolah: Mengajarkan manajemen waktu, memberikan penyuluhan kesehatan mental, dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung sesuai rekomendasi pendidikan menengah (SMP Labschool Ciracas, 2024).
  • Di Rumah: Orang tua terlibat dalam kegiatan belajar anak, mengajarkan teknik relaksasi, dan memantau perubahan perilaku yang menunjukkan stres (SMP Labschool Ciracas, 2024).

3. Siswa SMA

  • Di Sekolah: Menerapkan pendekatan kognitif-perilaku untuk mengubah pola pikir negatif, menyediakan program bimbingan karier, dan layanan konseling individu (Nugroho & Santoso, 2022).
  • Di Rumah: Orang tua memberikan dukungan emosional, menyediakan ruang belajar yang tenang, dan mengenalkan teknik manajemen stres seperti mindfulness (Vokasi Universitas Airlangga, 2024).

4. Guru

  • Guru perlu mengembangkan keterampilan mengelola stres agar mampu menciptakan lingkungan belajar kondusif, membimbing siswa secara optimal, dan menjaga kesejahteraan diri sendiri (Rahmawati, 2021).

Penerapan program kesehatan mental di sekolah dan dukungan orang tua di rumah dapat membantu membangun ketahanan emosional, keterampilan sosial, dan budaya positif bagi seluruh warga sekolah (Nugroho & Santoso, 2022).

Daftar Pustaka

  1. Nugroho, D., & Santoso, P. (2022). Pendidikan kesehatan mental di lingkungan sekolah: Meningkatkan ketahanan emosional siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Diakses dari: https://proceeding.unnes.ac.id/snpjkmpd/article/download/4212/3739/8976
  2. Fadillah, A., & Hidayat, R. (2021). Stres kronis dan hubungannya dengan kesehatan imun: Tinjauan untuk pendidikan dan kesejahteraan. Jurnal Kaca Negera, 12(3), 45–56. Diakses dari: https://ejournals.itda.ac.id/index.php/KACANEGARA/article/download/2249/pdf
  3. Rahmawati, S. (2021). Peran guru dalam pengelolaan stres untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat. Jurnal Kaca Negera, 12(3), 57–68. Diakses dari: https://ejournals.itda.ac.id/index.php/KACANEGARA/article/download/2249/pdf
  4. SMP Labschool Ciracas. (2024, Oktober 30). Mengatasi stres dan tekanan belajar di SMP: Tips bagi orang tua dan siswa. Diakses dari: https://www.smplabschoolciracas.sch.id/2024/10/30/mengatasi-stres-dan-tekanan-belajar-di-smp-tips-bagi-orang-tua-dan-siswa/
  5. Vokasi Universitas Airlangga. (2024). Peran orang tua dalam menjaga kesehatan mental anak. Diakses dari: https://vokasi.unair.ac.id/peran-orang-tua-dalam-menjaga-kesehatan-mental-anak/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top